Nduga – Deretan pegunungan tanpa jaringan seluler dan listrik, jalan setapak, kabut, rumah honai, itulah gambaran nyata Distrik Mbua di Pegunungan tengah Nduga bagian utara.
Gambaran Distrik Mbua mewakili Distrik lain yang ada di Nduga bagian utara seperti Distrik Dal, Yigi, Yal dan Mugi. Dimana daerah tersebut merupakan wilayah penugasan Prajurit TNI Satgas Yonif RK 114/SM dari Kodam Iskandar Muda Aceh sejak Juli 2021. Terutama di tiga Distrik bagian Barat Puncak Kabosampai saat ini masyarakat yang mendiami Distrik Yigi, Yal dan Mugi.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana keadaan, akivitas dan kehidupan masyarakat di wilayah penugasan, Pasiter Letda Inf Rahman Nur Sembiring Satgas Yonif RK 114/SM membuat program yang diberi nama Honai to honai. Mengunjungi honai masyarakat di setiap kampung dilaksanakan secara rutin dan terjadwal. Yang menjadi prioritas adalah honai yang terpisah dan jarang bersosialisasi dengan masyarakat lainnya,” kata Pasiter.
Tidak hanya berkunjung, dalam kegiatan honai to honai yang paling utama adalah melaksanakan komunikasi sosial dan kegiatan sosial lainnya.
Seperti kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (5/1/2022) di honai mama (honai perempuan) Kampung Sinai. Personel Pos Mbua Satgas Yonif RK 114/SM membawa bahan makanan antara lain beras, mie instan, telur, gula, kopi dan makan ringan untuk dimasak bersama masyarakat honai yang berada sekitar wilayah tersebut.
“Ini bertujuan agar komunikasi sosial dapat terbentuk dalam suasana kebersamaan,” kata Letda Inf Rahman Nur Sembiring.
Pada kesempatan yang sama dilaksanakan pelayanan kesehatan dan pemberian bantuan Sembako untuk masyarakat yang menempati honai.
Pada kesempatan itu juga hadir dan bergabung rombongan bapak-bapak dan anak anak dari honai Wace (honai laki-laki) yang letaknya tidak jauh dari lokasi honai mama.
Ikut hadir salah satu tokoh yang dituakan oleh masyarakat Kampung Sinai yaitu Bapak Buah Duduk yang sering diijuluki Bapak Koteka.
“Terimakasih anak, dari pos sudah datang bawa bahagia, hari-hari mama dan anak ini makan tumbut (ubi) saja, nasi kah… beras kah… boleh, mantri kasih obat boleh,” ungkap Bapak Koteka dengan dialok khas Papua.
“Bapak boleh bicara ini mama-mama tidak takut, mama malu saja tidak bisa bicara banyak Indonesia, bicara Mbua boleh,” ucap bapak Koteka.
Suasana semakin akrab dengan canda dan pecahnya senyum tawa bersama karena mendengar mama-mama yang berusaha berbicara dalam bahasa Indonesia.
Otentifikasi : Pendam XVII/Cenderawasih.